Adsense

Welcome in ENDY's weBLOG Crescat Scientia Vita Excolatur

Selasa, 02 Oktober 2007

Maaf Pak Adjar Irawan S Hidayat, Saya Mau Tanya.....

Saya tertarik dengan ulasan bapak Adjar Irawan S Hidayat (fira@siprama.com) tentang bangunan NIMBY (Not In My Back Yard) yang berjudul Kecelakaan Nuklir di harian Kedaulatan Rakyat edisi Sabtu, 1 September 2007 yang menurut penangkapan saya kira-kira menyiratkan bahwa kebolehjadian terjadinya kecelakaan nuklir sangatlah kecil.
Hal ini saya tangkap dari ilustrasi bapak yang menyebutkan bahwa kebolehjadian kecelakaan nuklir baru bisa terjadi, kalau material nuklir keluar dalam jumlah besar dari selongsong, kalau menembus air dingin, kalau menembus beton 2 meter, kalau menembus bejana bertekanan dan seterusnya.

Berdasarkan ulasan bapak tadi maka sekilas kita akan berpikir bahwa kebolehjadian terjadinya kecelakaan nuklir sangatlah kecil, namun hal ini hanya akan terjadi jika variabel X juga sangatlah kecil dengan X=Kemurkaan Alam. Di mana kita sudah melihat bagaimana kedahsyatan faktor X ini jika terjadi, seperti di Aceh, Kabupaten Bantul dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia.
Seperti kita ketahui, Indonesia terletak di pertemuan 3 lempeng benua yang kemudian menjadikan Indonesia berada dalam deretan gunung api aktif (Ring of Fire), belum lagi potensi bencana alam dalam bentuk angin puting beliung, dan sekitar 70 persen wilayah negara kita adalah perairan sehingga potensi gelombang pasang dan Tsunami juga tidak boleh diabaikan (meskipun mungkin kecil sekali kebolehjadian reaktor nuklir diterjang Tsunami).

Pertanyaan saya, kira-kira masih amankah pembangunan reaktor nuklir di Indonesia jika kita tidak mengabaikan potensi bencana alam di Indonesia yang relatif besar ini? Kedua, mohon tanggapan bapak tentang ulasan bapak Prof. T. Jacob di harian KR (maaf saya lupa edisinya) yang menyebutkan bahwa kecelakaan nuklir merupakan suatu kecelakaan yang berkategori low frequency, high impact, bukan seperti tertabrak sepeda yang merupakan kecelakaan yang berkategori high frequency, low impact. Ketiga, kenapa kita tidak mengalihkan investasi pembangunan reaktor nuklir menjadi pembangkit listrik lain yang relatif “aman” (high frequency, low impact) seperti mungkin biofuel? Maksud saya, apa sebenarnya kelebihan dari reaktor nuklir jika dibandingkan dengan reaktor lain, sehingga pemerintah terkesan getol sekali ingin membangun reaktor nuklir ini?

Mohon maaf jika ada perkataan saya yang mungkin menyinggung bapak dan mungkin pertanyaan saya sedikit melenceng dari ulasan bapak, karena setahu saya ulasan bapak adalah ulasan agar media memberitakan kecelakaan nuklir secara berimbang sehingga tidak terjadi kesalahpahaman masyarakat.

Best Regards,


E_N_D_Y

Iklan:

0 comments:

Related Posts with Thumbnails