Adsense

Welcome in ENDY's weBLOG Crescat Scientia Vita Excolatur

Senin, 06 Juli 2020

Edible Films

Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari famili Solanaceae. Buahnya memiliki kombinasi warna, rasa dan nilai nutrisi yang lengkap. Cabai rawit juga termasuk tanaman semusim atau tanaman berumur pendek yang tumbuh sebagai perdu atau semak dengan tinggi mencapai 1,5 m (Edowai dkk. 2016). Produksi cabai rawit dari tahun ke tahun terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi cabai rawit segar dengan tangkai pada tahun 2014 adalah sebesar 0,8 juta ton. Kenaikan produksi sebesar 86,98 ribu ton (12,19 persen) terjadi jika dibandingkan dengan tahun 2013.

Sifat cabai yang tidak begitu tahan lama untuk disimpan menjadi salah satu masalah yang berpengaruh dalam proses distribusi. Sehingga diperlukan teknologi baru dalam pengolahan pangan yang dapat berperan untuk memperpanjang masa simpan. Salah satu alternatif pengemas ramah lingkungan yang dapat dipilih adalah edible film. Edible film merupakan lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi makanan atau diletakkan di antara komponen yang berfungsi sebagai penahan terhadap transfer massa seperti kadar air, oksigen, lemak, dan cahaya atau berfungsi sebagai pembawa bahan tambahan pangan (Nurgoho dkk. 2013). Bahan alternatif yang dapat digunakan dalam pembuatan edible film yaitu pati singkong.



Pati singkong tergolong polisakarida yang memiliki kandungan amilopektin yang tinggi tetapi lebih rendah dari pada ketan. Kandungan amilopektin pada pati singkong sebesar 83% dan amilosa 17% (Mustafa, 2015). Upaya untuk meningkatkan kualitas edible film agar tidak mudah rapuh yaitu dengan kombinasi lidah buaya. Tanaman lidah buaya mengandung polisakarida (acylated manan) yang disebut aloin (barbaloin) yaitu C-glukosida aloe emodin sebanyak 30 % (bk) (Riyanto, 2012). Menurut Apriyani dan Sedyadi (2018), lidah buaya mengandung senyawa kalogen acemanna, glucomannan dan galactan. Variasi ekstrak lidah buaya yang ditambahkan sebanyak 0,01 gram, 0,03 gram, 0,05 gram, 0,07 gram, 0,14 gram.



Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir utama produk perikanan, terutama udang. Jenis udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain udang windu, udang galah dan udang vannnamei. Udang vaname saat ini diolah dalam berbagai variasi, diantaranya adalah dikeringkan, dibekukan dalam bentuk Whole fresh (utuh), head off tain on (tanpa kepala tetapi terdapat ekor), peeled (udang kupas) dan udang rebus (Rostini, 2011). Udang ekspor dari Indonesia mengalami beberapa kali penolakan, karena produk tersebut terkontaminasi bakteri Eschericihia coli. Cemaran tersebut sangat tidak menguntungkan dan hal ini menandakan bahwa masih kurangnya sanitasi pada penanganan pangan di Indonesia.



Menurut Kilincceker et al. (2009), untuk memperpanjang masa simpan dan menjaga kualitas produk dapat digunakan edibel film. Saat ini telah dikembangkan metode untuk menambah masa simpan produk makanan termasuk udang rebus yaitu dengan metode pelapisan makanan menggunakan edible film. Edible film dapat digunakan sebagai pembawa komponen berupa antibakteri. Kemangi merupakan kelompok penghasil eugenol kelompok ini merupakan antibakteri yang baik terhadap Eschericihia coli, senyawa tersebut meliputi ocemen, eugenol, linalool dan sitral (Knoblocch et al, 1989 dalam Hadipoentianti, 2008).


Iklan:

0 comments:

Related Posts with Thumbnails